Kawan, ada suatu dialog menarik ketika saya sedang berdialog dengan teman-teman di Fakultas.
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
Kawan, ada suatu dialog menarik ketika saya sedang berdialog dengan teman-teman di Fakultas.
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
Kawan, ada suatu dialog menarik ketika saya sedang berdialog dengan teman-teman di Fakultas.
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
Kawan, ada suatu dialog menarik ketika saya sedang berdialog dengan teman-teman di Fakultas.
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
Kawan, ada suatu dialog menarik ketika saya sedang berdialog dengan teman-teman di Fakultas.
X : ”eh doakan aku ya…insya Allah kalau aku berhasil juara mapres, aku bernazar buat umrah. Tapi doakan aja, kalau emang temen-temen mau saya pergi umrah, doakan biar aku jadi juara. Tapi kalau temen-temen menginginkan aku tetep bareng-bareng kalian, ya udah doain aja biar aku ga juara.”
Y : ”oh..iya semoga diberikan yang terbaik…”
X : ”enggak bukan gitu, Allah itu selalu dan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Makanya doa kita harus spesifik. Kalau mau, jadi berdoa biar aku juara, tapi kalau emang ga mau ya udah doakan aku biar ga juara. Jadi mau ya mau. Enggak ya enggak”
Hmmm….adakah yang sepakat dengan si X? lalu apa tanggapan si Y?
Jika boleh berpendapat, maka saya setuju dengan keduanya. Kasus Y yang berdoa dengan permohonan yang masih umum dan kurang spesifik, bukan bagian dari doa yang salah. Karena manusia itu sangat lemah dan kecil dihadapan-Nya, maka ia sangat menyadari bahwa dia sebagai hamba yang tidak ada apa-apanya begitu sangat lemah dalam melihat/memprediksi mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Akhirnya, yang tercipta adalah sebuah keikhlasan diri untukm menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata, karena hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Begitu pula dengan si X. Doa X yang meminta lebih spesifik, bukan berarti menuntut untuk banyak meminta. Bukan menuntut. Tapi berharap, bahwa Allah Yang Maha Penyayang mengabulkan setiap permohonannya. Bukankah Allah sangat menyukai orang-orang yang berdoa memohon kepada-Nya? Jadi, tidak ada salahnya ketika kita menguraikan permohonan kita lebih spesifik kepada Allah, dengan syarat tetap sesuai dengan adab-adab berdo’a. Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar