Pernah melihat wanita sedang shalat??? Sungguh cantik bukan???
Ya, tentunya semua muslimah dimanapun ia berada, pasti akan menutupi auratnya ketika ia akan berhadapan dengan Allah melalui ibadah shalatnya. Ada yang menarik disini. Wanita dengan mengenakan gaun taqwanya, terlihat lebih anggun, rapi, bersahaja, serta ‘tidak membahayakan’, dan ini kita temui pada setiap kondisi shalatnya seorang wanita (walau pun masih ditemukan pakaian shalat yang transparan -baca: mukena berbahan tipis-). Bisa saja kita mengelak. Padahal sebenarnya setiap muslimah sangat menyadari aurat yang harus mereka tutupi. Karena ketika shalat itu dianggap sah, maka salah satu syaratnya harus menutupi aurat. Walhasil, semua muslimah menggunakan mukenanya (baik yang kesehariannya sudah berjilbab maupun yang belum berjilbab). Standarisasi ini menjadi unik bagi saya pribadi, karena apa yang diperintahkan Allah menutup aurat bukan hanya pada saat shalat, tapi dalam keseharian muslimah itu sendiri (penekanannya: ketika seorang muslimah itu sudah baligh). Dalam QS. An-Nuur: 31 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” dan dalam QS. Al Ahzab: 59 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Karunia yang luar biasa Allah berikan kepada kita sebagai muslimah. Penjagaan diri yang Allah perintahkan semakin membuat kita mulia dihadapan-Nya. Bonus Allah kian berlipat. TIDAK merugikan sama sekali. Dan inilah kesadaran yang harus dibangun oleh kita sebagai muslimah. Jika ada pertanyaan melintas: “Apakah pakaian saya sudah syar’i (sesuai dengan yang diperintahkan Allah)??”, maka yang bisa menjawab adalah diri kita sendiri. Bisa diukur dari kenyamanan kita ketika melaksanakan shalat: merasa malukah dengan kostum yang kita pakai ketika berhadapan dengan-Nya??. Ilustrasi di bawah ini, dapat memberikan deskripsi singkat mengenai pakaian muslimah yang sesuai syari’at:
Si A yang terbiasa menggunakan celana bahan dan kaos dengan gaya kerudung yang dililit ke belakang, suatu saat shalat di sebuah mesjid besar di kawasan Bogor. Ketika ia shalat di tempat shalat putri, ia terkejut karena di arena tersebut tidak tersedia mukena. Ketika bertanya ke pengelola mesjid bagian putri, ia mendapatkan penjelasan yang semakin membuatnya kecewa: “Mukenanya sedang dicuci nenk…”, jelas merasa kecewa karna ia sendiri tidak membawa perlengkapan shalat pribadinya. Namun, kejadian itu membawanya pada pemikiran yang sangat mendalam. Ia melihat wanita di sekelilingnya masih bisa shalat tanpa menggunakan mukena. Ia memperhatikan wanita yang sedang shalat itu satu persatu. Ia dapati memang apa yang mereka kenakan sudah sesuai dengan syarat sahnya shalat: baju tidak ketat dan tidak transparan, rok, kaos kaki, serta kerudung lebar menjulur melebihi dada mereka hingga sisi badan kiri dan kanan (dari leher sampai sikut) mereka pun tertutupi rapi oleh kain kudungnya…Kemudian ia menatap dirinya, dan ia menyadari bahwa ia tidak bisa shalat dengan kondisi pakaian seperti itu. Akhirnya ia beranjak dari mesjid tersebut untuk mencari tempat shalat terdekat lainnya. Dalam perjalanannya ia termenung, tersadar, dan ingin segera berhijrah untuk menjadi muslimah yang kaffah [ilustrasi].
(bersambung lagi kayaknya....)
Penulis: Rahmi Damay
Penulis: Rahmi Damay
Komentar
Posting Komentar